Mimpi seorang pemuda

Aku hanyalah seorang remaja yang bermimpi akan keadilan dan kemakmuran bagi bangsaku indonesiaku ini

Selasa, 22 Februari 2011

PUISI-PUISI INDAH SEORANG REVOLUSINER INDONESIA

Pada kesempatan blogging pertama ini saya akan memposting sebuah kumpulan puisi-puisi Dipa nusatnara aidit ketua partai komunis indonesia yg telah dibunuh dengan ditembak di daerah jogja oleh angkatan darat yg dipimpin oleh seorang jenderal licik yg bernama soeharto.puisi ini terlihat sedikit memaksa tetapi  sarat dengan nilai ideologi yg sangat kuat.berikut ini adalah puisi-puisi karyanya.maklumi kalau ejaanya masih bersifat ejaan lama indonesia.



Lumpur dan Kidung

- Hanja Inilah Djalannja –

sepatu setengah usang membenam dalam lumpurmenudju teratak,air menetas dari atapmembasahi kekayaanku jang paling berhargapengalaman djerman inggris perantjis rusiationgkok dan banjak lagi,hasil pemikiran putera-putera dunia terbaiktemanku njenjak kembali setelah membuka pintukesunjian diluar membantukumakin dalu makin djauh tenggelam,ingat aku akan sumpah setia pada adjarannja.kokok ajam djantan tak mengagetkan,siang dan malam sama sdja,djalan jang ditundjukkannja selamanja terangkita pasti akan sampai keudjung djalan inidimana tak ada sepatu usang,dimana tak ada lumpur membenam,dimana tak ada teratak botjor,tapi hanya inilah djalannya.

Djakarta, malam, 27 Djanuarti `55

Kini Ia sudah Dewasa(menjambut ulang tahun ke-35 PKI)23 Mei 1955

35 tahun jang laluIa lahirdengan kesakitanKlas termadju,Sebagai anak zamanJang akan melahirkan zaman.

Ia tahan taufandan tak lena karena sepoiia menjusup dihati Rakjatlebih dalam dari laut BandaIa menghias hiduplebih indah dari sunting tjempaka.

Ia dihidupkan oleh hidup,tahan teror dan provokasidulu, sekarang dan nantiIa Antaeus, anak Poseidontak terkalahkan selama setia pada bumiIa anak zaman jang melahirkan zamanKini ia telah dewasa.


Tembok Granit(kepada “Dewan2Partikelir” Dalam Munas)

Dengan ugjung bajonet itukau naikkan sikepala batududuk bersama Rakjat dan akuKau harap dapat menghambatsedjarah jang djalannya tjepattak tahu kaulah yang kan kiamat;

Kau mau ulangi tjerita usangtentang Negro empatlapantentang Magelang dan Ngaliantau lupa Amir dan Hadji Bakrilupa para petani bagi2 tanahdi Wonogiri dan Bojolali

Derap sepatu sedjarahakan indjak2 sikepalabatudan bajonet itu akan patahTembok granit lebih kerasdari tembok batutembok granit Rakjat bersatu

Djakarta, 15 September 1957

Jang Mati Hidup Abadi
Lama nian aku tak menangistidak karena mata sudah mengertingatau hati membeku dingintapi kali ini, dengan tak sedarhati kepala penuh taktertahanbutir2 air mata membasahi koran pagiOrang hitam berhati putih itudibunuh siputih berhati hitam!

Tapi, bukankah pembunuh terbunuh?Lumumba sendiri hidup se-lama2nyaLumumba mati hidup abadiKini dunia tidak untuk siputih jang hitamtapi untuk semuaputih, kungin, sawomatang, hitam …….Kini udara penuh Lumumbakarena Lumumba berarti merdeka.

Djakarta, 14 – 2 – 61

Radja Naik Mahkota Ketjil

Udara pagi ini tjerah benarpemuda njanji nasakom bersatugelak ketawa gadis remadjamendengar silalim naik tachta,tapi konon mahkotanja ketjil.

Buruh dipabrik tani diladangibuibu menjusui anaktibatiba nafas terlepas legamendengar siradja naik tachta,tapi konon mahkotanja ketjil.

Ini pertanda zaman kitajang lapuk terpaksa turunjang baru terus membarubagi jang lama sudah magribbaik jang baru mentari naik.

Ajo, madju terus kawan-kawanhalau dia kedjaring dan djerattangkap dia dan ikat erathadapkan dia kemahkamah Rakjat!

Djakarta, 23 Djuni 1962.

Kidung Dobrak Salahurus

Kau datang dari djauh adikdari daerah bandjir dan lapardengan hati lebih keras dari bentjanaselamat datang dalam barisan kita

Dikala kidung itu kau tembangkanbertambah indah tanah Priangansesubur seindah Priangan manisitulah kini Partai Komunis

Tarik, tarik lebih tinggi suaramubiar tukang-tukang salahurus tahubentji Rakjat dibawa matitjinta Rakjat pada PKI

Teruskan, teruskan tembangmubikin rakyat bersatu-padubikin Priangan madju dan djajaalam indah Rakjat bahagia.

Tjipanas, 16 Djanuari 1983

Hati Dibakar Tjinta

Hati membara dibakar tjintahangat segar marak bernjalalangkah indah tjinta dan tjitabagaikan bunga dikarang indah

Biarkan, biarkan ia membaramembakar dan bernjalamenghangatkan semua deritamenghangatkan setia mesra

Adakah hidup lebih bahagiadari hati dibakar tjintapadamu kasih padamu tjitabagimu kasih tjintaku mesra

Adakah hati lebih gembiradari hangat dibakar tjintapadamu kasih padamu tjitabagimu Partaiku djaja!

Djakarta, 2 Djuli 1963

Tidak ada komentar:

Posting Komentar