Mimpi seorang pemuda

Aku hanyalah seorang remaja yang bermimpi akan keadilan dan kemakmuran bagi bangsaku indonesiaku ini

Senin, 28 Februari 2011

SAJAK PEMBEBASAN KEPADA PARTAI

Dia yang terlahir di kancah perjuangan
kini sudah besar dan menjadi dewasa
dia yang dibesarkan menjadi dewasa
dia yang dibesarkan dalam dadung pertempuran
beribu-ribu gugur namun berjuta mengangkat panjiya

orang-orang munafik dan kerdil pikiran sia-sia mengintip rahasia
mengapa sejarah berpihak kepada kelas yang muda?
mengapa komunisme kian merata,teruji dan dicintai?
dan bagi rakyat pekerja pejuang proletariat ubanan 
tetap remaja 



siang bertukar malam dan malam berganti pagi

ribuan tahun manusia terbenam dilumpur perbudakan
dan dikegelapan marx dan engels memercikan api
dan ditiap negeri berkumandanglah lagu kebangkitan


seorang egom mati ditiang gantungan
seorang alirahman mati dipembuangan
generasi baru datang,belajar tentang keberanian dan kearifan
satu demi satu musuh dikalahkan dan satu demi satu
direbut kemenangan


marxisme-leninisme menempa perjuangan kelas
dan perjuangan kelas menyemai marxisme-leninisme
oh,revolusi cemerlang yang sedang diasapkan 
bangsa-bangsa tertindas
dalam abad ini juga kita punahkan imperialisme


pada hari ke empat puluh lima
dia sudah besar dan dewasa
diucapkan atau tidak rakyast pekerja menyebut
namanya sederhana dan terang PARTAI KOMUNIS INDONESIA




AGAM WISPI





Minggu, 27 Februari 2011

KUMPULAN SAJAK PEMBEBASAN KEPADA PARTAI PART 1

Berikut ini adalah kumpulan  sajak yg dikumkpulkan oleh yayasan pembaharuan tahun 1965.sajak ini berisi kental dengan nilai ideologi perjuangan kaum buruh dan petani beserta kekuatan progresif lainya. 2 sajak ini ditunjukan kepada partai komunis indonesia yang revolusioner.selamat membaca



KUMOHON BARA CINTAMU

Aku bernagkat diwaktu malam,kasih
tapi fikiran terang jernih
berkat pancaran sinar benarmu
dan akupun tak bimbang untuk melangkah!


walau aku jauh disevrang
terasa hangat peluk mesramu
yang tak pernah berkurang
dan kaupun tak akan bimbang!


kau ajar aku berani
berfikir,bicara,dan bertindak
tapi satu fikiran,satu hati dan satu tujuan
kau didik aku belajar
dari kebaikan dan kekurangan kawan
dan kau berpesan 
teguh pegang pendirian
luwes dalam pelaksanaan 
hatiku lega dan tenang


dibawah sinarmata kasihmu
aku berjanji memenuhi sumpahku
aku tidak memohon restu
hanya kumohon bara cintamu
agar jalanku tetap terang 


partaiku
utukmu hidupku




DHARMAWATI




KUDAPATKAN DIMANA-MANA


Dengan apa mesti kubandingkan seorang komunis
yang memimpin aksi perlawanan
palingdepan!dan dengan berani kendati mati menanti


kebernanianya bukan kebranian lintah yang buta
adik bukan pula keberanian kijang diburu-buru
melainkan keberanian manusia yang berbudi daya


dengan apa musti kubandingkan kesetiaan komunis 
bila bedil,pukulan dan penjara serta beberapa siksa 
tak membocorkan sejarum rahasia
nahkoda?
ah,dialah yang tak akan puntar lentera
dari arah pedoman
disini dikraguman,kawan mei,kutemu banyak
komunis
petani-petani menyambutnya dengan gembira
menyuguhkan ketela dan kopi atau ubi terakhir
kemudian kulihat mereka diseret kepenjara
ketika peatni-petani itu mendapat sawahnya
tapi setiap kali kulintas dijalan-jalan
seperti matahari pagi-pagi yang terbit
dan gemintang malam berkelip dilangit
demikianpun komunis dimana-mana kutemukan
kian banyak tumbuh bermunculan




KUSNI SULANG




Sabtu, 26 Februari 2011

SEJARAH DUNIA IDEOLOGI: PRESIDEN TERCINTA SUKARNO BUKAN KOMUNIS!

SEJARAH DUNIA IDEOLOGI: PRESIDEN TERCINTA SUKARNO BUKAN KOMUNIS!: "Kutipan ini diambil dari buku otobiografi Presiden Tercinta Ir. Sukarno yang berjudul 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia'. Kutipa..."

SEJARAH DUNIA IDEOLOGI: HU JINTAU TOKOH PKT

SEJARAH DUNIA IDEOLOGI: HU JINTAU TOKOH PKT: "Partai Komunis Cina, sebuah partai yang menyandang gelar partai terbesar seluruh dunia, dengan anggota kurang lebih 69 juta jiwa. Partai yan..."

SEJARAH DUNIA IDEOLOGI: APA ITU ALIRAN/HALUAN KIRI?

SEJARAH DUNIA IDEOLOGI: APA ITU ALIRAN/HALUAN KIRI?: "Sebagaimana seluruh dunia ketahui tentang sesuatu yang sering di sebut sebagai 'kerajaan setan di dunia' ya, tepat sekali! Komunisme! Apa ..."

Kamis, 24 Februari 2011

PERNYATAAN KAUM MARXIS-LENINIS-MAOIS

postingan ini hanyalah sebuah artikel yg saya ambil dari sastra pembebasan yg berisi tentang pernyataan kaum komunis maois tentang relevansi dari perjuangan amti revisionis.


PERNYATAAN PENEGASAN AKAN ARTI PENTING DAN RELEVANSI DARI PERJUANGAN
ANTI-REVISIONIS DAN REVOLUSI BESAR KEBUDAYAAN PROLETAR

 
Kami, kaum Marxis-Leninis, partai-partai dan organisasi Marxis-Leninis-Maois,
dengan ini mengeluarkan pernyataan untuk menegaskan kembali arti penting dan
relevansi dari perjuangan melawan revisionisme modern, yang dimulai pada tahun
1956, yang menentang isi revisionis dari Kongres PKUS ke XX, yang
diselenggarakan pada bulan Februari 1956. Perjuangan ini kemudian membawa kita
ke Revolusi Besar Kebudayaan Proletar dari 1966 sampai 1976, dan diteruskan,
setelah kaum borjuasi merebut kekuasaan di Tiongkok pada tahun 1976. Pernyataan
ini dibuat setelah diselenggarakannya selama satu tahun, serangkaian kegiatan
untuk memperingati ultah setengah abad perjuangan anti revisionis dan untuk
memperbaharui komitment kita untuk meneruskan perjuangan ini.
 
Kami menghormati setinggi-tingginya kawan Mao Zetung yang telah memimpin Partai
Komunis Tiongkok (PKT) dan semua partai Marxis-Leninis dalam perjuangan melawan
revisionisme modern. Dengan segera ia mempublikasi editorial Harian Rakyat,
“Tentang Pengalaman Bersejarah Kediktaturan Proletariat” pada bulan April 1956,
guna menjawab Kongres PKUS ke XX. Dalam Kongres itu, bulan Februari 1956, klik
revisionis Khrushchov, dengan alasan menentang “kultus individu”, menolak
pokok-pokok dari Marxisme-Leninisme dan hasil-hasil besar revolusioner yang
dicapai oleh Partai Lenin dan Stalin dalam membangun sosialisme, melawan fasisme
dan memimpin gerakan komunis internasional selama lebih dari 30 tahun.
 
Tindakan yang dilakukan oleh kaum revisionis Soviet yang dikepalai oleh
Khrushchov telah menyingkapkan gejala revisionisme modern yang menentang
kediktaturan proletariat dan meletakkan Uni Soviet di jalan restorasi kapitalis.
Mereka mengorganisasi kembali Partai, negara, ekonomi dan lembaga-lembaga
kebudayaan Soviet untuk menggerowoti Marxisme-Leninisme dan sistim sosialis.

 
Mereka menentang kediktaturan proletariat dan menyebarkan populisme borjuis
melalui ide-ide “Partai seluruh rakyat” dan “Negara seluruh rakyat” , dan
pasifisme borjuis melalui ide-ide “peralihan secara damai”, “kompetisi secara
damai” dan “koeksistensi secara damai”. Mereka bertanggung jawab dalam
melemahkan gerakan komunis internasional dan mendorong “koeksistensi damai”
sebagai garis umum untuk menentang internasionalisme proletar dan menyerang
gerakan komunis internasional dan gerakan pembebasan nasional.
 
Revisionisme telah menghancurkan semua negeri yang pada waktu yang lampau
sosialis. Revisionisme telah merubah negeri-negeri ini menjadi koloni dari
sosial imperialisme, melenyapkan pusat revolusioner bagi gerakan revolusioner
dunia, menghancurkan partai-partai revolusioner dan menimbulkan kebingungan,
perpecahan dan likwidasi di dalam gerakan komunis internasional dan gerakan klas
buruh. Revisionisme telah menimbulkan efek yang menggerowoti perjuangan klas
proletar dan perjuangan anti-imperialis dan menyebabkan kekalahan besar yang
sangat merugikan. Proses revolusi proletar internasional telah dibikin mundur
puluhantahun.

 
Revisionisme modern mempunyai sebab-sebab ideologi, politik, sosio-ekonomi dan
kebudayaan. Sebab-sebab terbesar termasuk penyelewengan dari materialisme
dialektis, ditinggalkannya atau lunturnya pendirian klas proletar dan perjuangan
klas, pemujaan kepada contoh-contoh Soviet yang kuno dan revisionis dan
kemerosotan sejumlah besar birokrat dan intelektual yang disebabkan oleh kondisi
sosial borjuis kecil dan cara berpikir mereka yang merupakan jalan masuk ke
revisionisme modern sebagai sebuah ideologi yang sepenuhnya borjuis.
 
Mendambakan hak istimewa pribadi, nepotisme, karierisme, penyalah-gunaan
kekuasaan, memperkaya diri sendiri dan bentuk-bentuk lain dari kepentingan diri
sendiri, mereka yang dijangkiti cara berpikir borjuis kecil menang di kalangan
pejabat-pejabat penting dalam partai, negara, ekonomi dan lembaga-lembaga
kebudayaan, dan itu menimbulkan revisionisme modern sebagai ideologi borjuis dan
landasan bagi politik-politik borjuis.
 
Kawan Mao membela teori dan praktek Marxisme-Leninisme, menentang garis
revisionisme modern. Ia mencela kaum revisionis karena telah menyebarkan
kebingungan dalam gerakan komunis internasional dan menimbulkan kerusuhan dan
pemberontakan menentang usaha sosialis di Yugoslavia, Polandia, Hongaria dan di
tempat lain di Eropa Timur.
 
Di bawah pimpinan Kawan Mao, delegasi PKT menjalankan garis anti-revisionis di
pertemuan partai-partai komunis dan partai-partai buruh di Moskow pada tahun
1957 dan 1960. Setelah itu, kaum Marxis-Leninis, dipimpin oleh PKT, melancarkan
perjuangan ideologi internasional  dalam serangkaian masalah yang lengkap
melawan kaum revisionis modern yang berpusat dalam partai Soviet.
 
Selanjutnya, kaum Marxis-Leninis dipimpin oleh Kawan Mao melakukan kritik dan
penolakan terhadap gejala kapitalisme monopoli birokrat dan sosial imperialisme
selama rejim Brezhnev yang panjang. Kapitalisme monopoli birokrat yang menyamar
sebagai sosialisme, sementara itu kaum birokrat dan pengusaha berkomplot untuk
mencuri dari sektor negara. Dalam hubungan internasional, kaum revisionis Soviet
terlibat dalam menyebarkan kata-kata sosialis dan mempraktekkan imperialisme.
 
Kawan Mao tidak puas dengan kritik terhadap revisionisme modern yang timbul dan
tumbuh di Soviet Uni dan di negeri lain dalam blok Soviet. Ia mengamati dan
menganalisa pertumbuhan revisionisme modern di Tiongkok, yang tumbuh karena
faktor-faktor dalam negeri sendiri dan pengaruh dari luar. Maka, ia menyatukan
kaum revolusioner anti-revisionis yang terkemukadalam PKT, yang mengumpulkan
kekuatan untuk melancarkan Revolusi Besar Kebudayaan Proletar pada bulan Mei
1966, untuk menjalankan teori meneruskan revolusi di bawah kediktaturan
proletariat. Itu adalah untuk menggempur revisionisme, mencegah restorasi
kapitalisme dan mengkonsolidasi sosialisme.
 
Teori dan praktek meneruskan revolusi di bawah kediktaturan proletariat melalui
RBKP, merupakan sebuah tahap baru yang lebih tinggi dalam perkembangan
Marxisme-Leninisme. Ia mengajukan serangkaian masalah dalam pembangunan
sosialisme untuk seluruh periode sejarah dalam transisi dari kapitalisme ke
komunisme, dan mengajukan prinsip-prinsip dasar dan metode untuk memecahkan
masalah-masalah tersebut yang melibatkan adanya  klas dan perjuangan klas dalam
masyarakat sosialis, hubungan antara basis sosial dan bangunan atas, garis
massa, revolusi kebudayaan, revolusi dan produksi, penerusan oleh pemuda,
kepemimpinan dalam pabrik dan komune dan formasi badan-badan kekuasaan politik.
 
Banyak dari masalah itu tidak dimengerti atau tidak dapat dimengerti selama
puluhan tahun sosialisme di Soviet Uni. Dilancarkannya RBKP mencerminkan satu
pengertian dan penyimpulan dari pengalaman Soviet dan merupakan mobilisasi
politik dari massa melawan revisionisme yang belum pernah terjadi sebelumnya,
kali ini terjadi dalam PKT.
 
Kawan Mao dengan sukses memimpin kaum proletariat dan rakyat Tiongkok mencapai
kemenangan berturut-turut dalam RBKP, walaupun menghadapi lawan yang kuat dan
kesulitan-kesulitan yang besar. Namun, tak lama setelah ia meninggal,
musuh-musuh kaum proletariat dan rakyat Tiongkok melalukan kudeta dan membalik
garis revolusioner proletar Mao dalam menjalankan revolusi dan pembangunan
sosialis. Sejak itu, penguasa borjuis baru di Tiongkok melancarkan serangan yang
paling brutal terhadap kaum buruh dan kaum tani Tiongkok. Sementara itu, mereka
terus mengklaim nama « Partai Komunis Tiongkok », sebenarnya mereka sekarang
adalah penindas , penghisap dan penyeleweng yang terburuk dari rakyat Tiongkok.
 
Terlihat manifestasi kemunduran dan kemerosotan yang menyeluruh, yang membuat
Tiongkok menjadi sebuah neo-kolonial komprador besar, pembantu AS dan kekuatan
imperialis lainnya. Tiongkok telah dengan sepenuhnya mengikat dirinya kepada
politik globalisasi imperialis yang didorong oleh AS dan kekuatan imperialis
lainnya. Namun, Tiongkok juga mencoba untuk menjadi sebuah kekuatan imperialis
yang secara relatif otonomi dengan cara meluaskan penanaman ekonomi dan pengaruh
politiknya dalam skala dunia ke Afrika, Amerika Latin dan Asia. Sebuah
reminisensi dari Rusia sebelum revolusi Bolshevik yang pada pokoknya terbelakang
dan miskin tapi imperialis.
 
Restorasi kapitalisme yang sepenuhnya di Tiongkok dan di negeri-negeri bekas
blok Soviet telah membuktikan kebenaran ajaran Kawan Mao bahwa sosialisme lenyap
ketika garis revisionis menang dalam partai komunis atau partai buruh yang
berkuasa dan akhirnya kaum borjuasi di dalam partai dan negara berhasil
melakukan kudeta dan menumbangkan kaum proletariat.

 
Kawan Mao meninggalkan kepada kita sebuah warisan, dengan mana kita dapat
menggempur dan mengalahkan revisionisme modern dan dengan warisan itu kita dapat
menghidupkan kembali, dan selanjutnya mengembangkan kekuatan bagi sosialisme.
Kita waspada dan melawan bahaya yang terus menerus datang dari revisionisme,
revisionisme modern dan bentuk-bentuk lain dari oportunisme.
 
Kami menegaskan teori revolusioner Kawan Mao dan praktek meneruskan revolusi di
bawah kediktaturan proletariat melalui Revolusi Besar Kebudayaan Proletar. Kami
mengutuk pengkhianatan terhadap sosialisme dan garis revolusioner proletar Kawan
Mao yang dilakukan oleh klik Liu Shaoqi-Deng Xiaoping dan kaum borjuasi baru
Tiongkok.
 
Kami mengulangi lagi tekad kami dan usaha untuk menjalankan misi sejarah kaum
proletariat, yaitu melancarkan revolusi demokrasi baru dan revolusi sosialis dan
pembangunan sosialis. Semua kejahatan yang telah mengepung negeri-negeri yang
dulunya dikuasai oleh kaum revisionis mendorong kami untuk menjunjung
Marxisme-Leninisme-Maoisme melawan revisionisme modern dan melanjutkan usaha
revolusioner untuk sosialisme.
 
Dengan sukses sementara dari revisionisme modern melawan Marxisme-Leninisme dan
kediktaturan proletariat, kapitalisme monopoli yang dikepalai oleh imperialisme
AS dapat melancarkan serangan-serangan yang paling buruk terhadap kaum
proletariat dan rakyat tertindas, misalnya melalui globalisasi “pasar bebas”,
rasisme, penindasan dan perang agresi. Untuk menghadapieskalasi penindasan dan
penghisapan, kaum proletariat dan rakyat tengah mengintensifkan perlawanannya
melalui perjuangan bersenjata dan bentuk-bentuk perlawanan lainnya.
 
Adalah tidak cukup membela Marxisme-Leninisme dan Maoisme untuk melahirkan
kemajuan dalam perjuangan bagi sosialisme yang sejati. Kaum Marxis-Leninis
internasional dan gerakan klas buruh harus menarik pelajaran dari dikalahkannya
sosialisme oleh revisionisme dan dari sukses selama 50 tahun perjuangan melawan
revisionisme.
 
Dibangunnya partai-partai Marxis-Leninis di seluruh dunia, diatasinya masalah
fragmentasi, diperkuatnya partai-partai revolusioner proletar yang berhubungan
erat dengan massa dan kerja sama internasional revolusioner adalah prasyarat
ideologi, politik dan organisasi yang pokok bagi pembebasan umat manusia.
 
Mempersatukan, membangkitkan, mengorganisasi dan memobilisasi kaum proletariat
dan rakyat di negeri masing-masing dan di dunia secara keseluruhan dalam
perjuangan untuk pembebasan nasional, demokrasi dan sosialisme melawan
imperialisme, revisionisme dan kaum reaksi adalah tugas internasionalis dari
partai-partai Marxis-Leninis-Maois. Kami mengulang kembali komitmen kami untuk
tekun dan gigih dalam perjuangan revolusioner dan berusaha mencapai
kemenangan-kemenangan lebih besar di bawah bimbingan Marxisme-Leninisme-Maoisme.
 
Junjung, bela dan bawa maju ajaran-ajaran Marx, Engels, Lenin, Stalin dan Mao!
Lancarkan revolusi melawan imperialisme, revisionisme dan kaum reaksi!
Jayalah Revolusi Besar Kebudayaan Proletar!
Dirgahayu semua partai Marxis-Leninis-Maois!
Hidup internasionalisme proletar!
Hidup Marxisme-Leninisme-Maoisme!

Rabu, 23 Februari 2011

TRADISI MARXIS DALAM PEMIKIRAN BUNG KARNO

Pada postingan yg ini adalah akan terlihat jelas pemikiran marxis yg membakar soekarno punya jiwa dan pikiran.marxisme adalah sebuah pisau analisis sosial untuk memecahkan masalah ekonomi,politik,sosial dan sejarah menurut bung karno.DR.Cipto mangukusumo sampa-sampai menyatakan" marxisme membakar soekarno punya jiwa".tulisan ini saya ambil hanya sekedar copy paste dari situs yayasan  bung  karno biarlah copy paste demi pengetahuan ideologi kita bertambah.selamat membaca.

TRADISI MARXIS DALAM PEMIKIRAN BUNG KARNO

Bung Karno, tidak hanya seorang negarawan atau politikus kaliber dunia. Ia juga merupakan seorang pemikir yang brilian dan berbobot Setiap orang yang bicara soal Bung Karno, tidak jarang mengaitkannya dengan Marxisme. Bahkan Dr. Tjipto Mangunkusumo pernah menulis bahwa paham Marxisme adalah "membakar Sukarno punya jiwa".

Bahwa Sukarno seorang Marxis, tidak ada yang menyanggah. Marxisme pada zaman pergerakan nasional menjadi "pedoman" para pejuang kemerdekaan, seperti Hatta dan Syahrir. Masalahnya, seberapakah kadar Marxisme Sukarno?

Masalah ini banyak menjadi kajian dari kalangan perguruan tinggi, bahkan terdapat puluhan skripsi mahasiswa yang membahas hal itu. Berikut ini sebuah abstraksi dari skripsi di Jurusan Filsafat Universitas Indonesia, dengan judul Analisa Filsafat Terhadap Marhaenisme. Berbeda dengan kajian selama ini, skripsi tersebut menyimpulkan bahwa kurang tepat bila Sukarno disebut seorang Marxis, karena banyaknya revisi Sukarno terhadap Marxisme. Karena itu dapat disimpulkan bahwa Bung Karno lebih tepat digolongkan sebagai penganut tradisi pemikiran Marxis. Sebab cara berpikir Sukarno menunjukkan ciri-ciri tradisi pemikiran Marxis, yaitu dengan melihat sesuatu melalui titik pandang cara produksi (mode of production).

Yang jauh lebih penting, melalui Marhaenisme Sukarno juga menunjukkan dirinya memiliki pandangan jauh ke depan. Marhaenisme yang merupakan antitesa dari praktek-praktek imperialisme yang dengan serakah menguras kekayaan dari Indonesia, dapat dianggap sebagai perintis dari teori Dependensia (ketergantungan) yang muncul di tahun 1960-an. Konsep-konsep dan strategi yang dihasilkan oleh teori Dependensia (misalnya kemandirian dan pribumisasi Marxisme) ternyata telah dijalankan oleh Sukarno pada tahun 1930-an. Selain itu dialog-dialog emansipatoris yang dilakukan Sukarno untuk melaksanakan Marhaenisme, kemudian juga menjadi inti dari Teori Kritis dari Mazhab Frankfurt yang muncul pada tahun 1970-an.

Terkait dengan kesimpulan ini adalah hasil pemikiran Bung Karno yang orisinal, yaitu Marhaenisme. Menurut kajian ini, Marhaenisme adalah suatu antitesa terhadap imperialisme. Sukarno menyusun Marhaenisme sebagai cara perjuangan untuk melawan kapitalisme dan imperialisme, setelah ia menyadari bahwa teori-teori Marxisme yang berasal dari Eropa itu tidak sesuai untuk negeri jajahan seperti Indonesia, yang perekonomiannya belum mencapai tahap kapitalis.

Dari analisa filsafat terhadap Marhaenisme yang menjadi fokus skripsi ini terbukti bahwa Sukarno hanya mengambil elemen penting Marxisme, yaitu metode berpikirnya yang disebut historis materialisme, untuk diramu dengan dua elemen yang mengandung aspek modernitas yang diperlukan bangsa Indonesia: nasionalisme dan demokrasi. Itulah latar belakang ucapan Sukarno, "Marhaenisme merupakan Marxisme yang ditrapkan sesuai dengan situasi dan kondisi di Indonesia".

Tetapi Sukarno tidak hanya mengetrapkan Marxisme. Ia juga secara berani dan kreatif merevisi Marxisme. Di antaranya dengan menyingkirkan peran dominan proletar untuk diganti oleh Marhaen. Marhaen adalah kaum melarat di Indonesia, yang berbeda dengan proletar, masih memiliki alat-alat produksi, walau dalam skala kecil.

Teori Marxis lain yang tidak dipakai Sukarno adalah perjuangan kelas, karena ia melihat di Indonesia justru diperlukan persatuan dari berbagai golongan agar bisa mengusir kolonialisme yang telah berkolaborasi dengan kapitalisme dan imperialisme itu. Dan berbeda dengan Marx yang tidak menyukai nasionalisme, justru Sukarno menganggap peran penting nasionalisme untuk melawan kapitalisme dan imperialisme di Indonesia.

Dari banyaknya revisi Sukarno terhadap Marxisme, dapat disimpulkan bahwa kurang tepat bila Sukarno disebut seorang Marxis. Ia lebih tepat digolongkan sebagai penganut tradisi pemikiran Marxis. Sebab cara berpikir Sukarno menunjukkan ciri-ciri tradisi pemikiran Marxis, yaitu dengan melihat sesuatu melalui titik pandang cara produksi (mode of production).

Yang jauh lebih penting, melalui Marhaenisme Sukarno juga menunjukkan dirinya memiliki pandangan jauh ke depan. Marhaenisme yang merupakan antitesa dari praktek-praktek imperialisme yang dengan serakah menguras kekayaan dari Indonesia, dapat dianggap sebagai perintis dari teori Dependensia (ketergantungan) yang muncul di tahun 1960-an. Konsep-konsep dan strategi yang dihasilkan oleh teori Dependensia (misalnya kemandirian dan pribumisasi Marxisme) ternyata telah dijalankan oleh Sukarno pada tahun 1930-an. Selain itu dialog-dialog emansipatoris yang dilakukan Sukarno untuk melaksanakan Marhaenisme, kemudian juga menjadi inti dari Teori Kritis dari Mazhab Frankfurt yang muncul pada tahun 1970-an. (SH)

Selasa, 22 Februari 2011

NASIONALISME,ISLAM,DAN MARXISME

Tulisan ini ditulis oleh bung karno pada tahun 1926.dia mensintesiskan ketiga ideologi ini agar bisa bersatu dalam perjuangan melawan imperialisme dan kolonialisme belanda pada saat itu.ke pragmatisan ideologi soekarno sangat kental ditulisan ini.saya mengambil tulisan ini sih cuman dari artikel di internet.


Nasionalisme! Kebangsaan!
Dalam tahun 1882, Ernest Renan telah membuka pendapatnya tentang paham "bangsa" itu. Bangsa, menurut pujangga ini, adalah suatu nyawa, suatu asas akal, yang terjadi dari dua hal: pertama-tama rakyat itu dulunya harus bersama-sama menjalani suatu riwayat (sejarah); kedua, rakyat itu sekarang harus mempunyai kemauan, keinginan hidup menjadi satu. Bukannya persamaan butuh, bukannya pula batas-batas negeri yang menjadikan "bangsa" itu.

Dari tempo-tempo selanjutnya, penulis-penulis lain, sebagaimana Karl Kautsky dan Karl Radek, maka teristimewa Otto Bauer-lah yang mempelajari soal "bangsa" itu.

"Bangsa adalah suatu persatuan perangai yang terjadi dari persatuan hal ikhwal yang telah dijalani oleh rakyat itu," begitulah katanya.

Nasionalisme ialah suatu itikad; suatu keinsyafan rakyat, bahwa mereka adalah satu golongan, satu "bangsa"! Bagaimana pun juga bunyi keterangan-keterangan yang telah diajarkan oleh pendekar-pendekar ilmu yang kita sebutkan di atas tadi, maka tetaplah, bahwa rasa nasionalistis itu menimbulkan suatu kepercayaan diri, rasa perlu mempertahankan diri dalam perjuangan menempuh keadaan-keadaan yang mau mengalahkan kita.

Rasa percaya akan diri sendiri inilah yang memberi keteguhan hati pada Budi Utomo dalam usahanya mencari Jawa Besar; rasa percaya akan diri sendiri inilah yang menimbulkan ketetapan hati pada kaum revolusioner nasionalis dalam perjuangannya mencari Hindia Besar atau Indonesia Merdeka adanya.

Bagaimanakah rasa nasionalisme terjangnya? Budi Utomo yang begitu evolusioner, dan Partai Komunis Indonesia, yang walaupun kecil sekali, oleh musuh-musuhnya begitu didesak dan dirintangi, karena rupa-rupanya musuh-musuh itu yakin akan peringatan Al Carthill, bahwa "yang mendatangkan pemberontakan-pemberontakan itu biasanya bagian-bagian yang terkecil, dan bagian-bagian yang terkecil sekali." Oleh karena kepercayaan diri itu begitu gampang menjadi kesombongan bangsa, dan begitu gampang mendapat tingkatnya yang kedua, ialah kesombongan ras, walaupun paham ras (rasisme) itu setinggi langit bedanya dengan paham bangsa, oleh karena ras adalah suatu paham biologis, sedangkan nationaliteit adalah suatu paham sosiologis (ilmu pergaulan hidup). Apakah Nasionalisme itu dalam perjuangan jajahan bisa bergandengan dengan Islamisme yang dalam hakekatnya tiada bangsa, dan dalam lahirnya dipeluk oleh bermacam-macam bangsa dan bermacam-macam ras? Apakah Nasionalisme itu dalam politik kolonial bisa rapat diri dengan Marxisme yang internasional, interrasial itu?

Dengan ketetapan hati kita menjawab: bisa! Sebab, walaupun Nasionalisme pada hakekatnya mengecualikan segala pihak yang tak ikut mempunyai "keinginan hidup menyatu" dengan rakyat itu; walaupun Nasionalisme sesungguhnya mengecilkan segala golongan yang tak merasa "satu golongan, satu bangsa" dengan rakyat itu; walaupun Kebangsaan dalam asasnya menolak segala perangai yang terjadinya tidak "dari persatuan hal ikhwal yang telah dijalani oleh rakyat itu", —maka tak boleh kita lupa, bahwa manusia-manusia yang menjadikan pergerakan Islamisme dan pergerakan Marxisme di Indonesia kita ini, dengan manusia-manusia yang menjalankan pergerakan Nasionalisme itu semuanya mempunyai "keinginan hidup menjadi satu"; —bahwa mereka dengan kaum Nasionalis itu merasa "satu golongan, satu bangsa"; —bahwa segala pihak dari pergerakan kita ini, baik Nasionalis, Islamis, maupun Marxis, beratus-ratus tahun lamanya memiliki "persatuan hal ikhwal", beratus-ratus tahun lamanya sama-sama bernasib tak merdeka!

Kita tak boleh lalai, bahwa teristimewa "persatuan hal ikhwal", persatuan nasib, inilah yang menimbulkan rasa "segolongan" itu. Betul rasa golongan ini masih membuka kesempatan untuk perselisihan satu sama lain; betul sampai kini, belum pernah ada persahabatan yang kokoh di antara pihak-pihak pergerakan di Indonesia kita ini, —akan tetapi bukanlah pula maksud tulisan ini membuktikan, bahwa perselisihan itu tidak bisa terjadi. Jikalau kita sekarang mau berselisih, amboi, tak sukarlah mendatangkan perselisihan itu sekarang pula!

Maksud tulisan ini ialah membuktikan, bahwa persahabatan bisa tercapai!
Hendaklah kaum Nasionalis yang mengecualikan dan mengecilkan segala pergerakan yang tak terbatas pada Nasionalisme, mengambil teladan akan sabda Karamchand (Mahatma) Gandhi: "Buat saya, cinta pada tanah air adalah cinta pada kemanusiaan. Saya ini seorang patriot, oleh karena saya manusia dan bercara hidup manusia. Saya tidak mengecualikan siapapun juga." Inilah rahasianya, sehingga Gandhi punya cukup kekuatan untuk mempersatukan pihak Islam dengan pihak Hindu, pihak Parsi, pihak Yain, dan pihak Sikh, yang jumlahnya lebih dari tigaratus juta itu, lebih dari enam kali jumlah putera Indonesia, hampir seperlima dari jumlah manusia yang ada di muka bumi ini!

Tidak ada halangannya Nasionalis itu dalam geraknya bekerja bersama-sama dengan kaum Islamis dan Marxis. Lihatlah kekalnya perhubungan antara Nasionalis Gandhi dengan Pan-Islamis Maulana Muhammad Ali, dengan Pan-Islamis Syaukat Ali, yang waktu pergerakan non-cooperation India sedang menghebat, hampir tiada pisahnya satu sama lainnya. Lihatlah geraknya partai Nasionalis Kuomintang di Tiongkok, yang dengan ridho hati menerima paham-paham Marxis: tak setuju pada kemiliteran, tak setuju pada imperialisme, tak setuju pada kemodalan!

Bukannya kita mengharap, yang Nasionalis itu supaya berubah paham jadi Islamis atau Marxis, bukannya maksud kita menyuruh Marxis dan Islamis itu berbalik menjadi Nasionalis, akan tetapi impian kita ialah kerukunan, persatuan antara tiga golongan itu!

Bahwa sesungguhnya, asal mau saja... tak kuranglah jalan ke arah persatuan. Kemauan, percaya akan ketulusan hati satu sama lain, keinsyafan akan pepatah "rukun membikin sentausa" (itulah sebaik-baiknya jembatan ke arah persatuan), cukup kuatnya untuk melangkahi segala perbedaan dan keseganan antara segala pihak dalam pergerakan kita ini.

Kita ulangi lagi: Tidak ada halangannya Nasionalis itu dalam geraknya, bekerja bersama-sama dengan Islamis dan Marxis!

Nasionalis yang sejati, yang cintanya pada tanah air bersendi pada pengetahuan atas susunan ekonomi dunia dan sejarah dunia —bukan semata-mata timbul dari kesombongan bangsa belaka, nasionalis yang bukan chauvinis— tak boleh tidak, haruslah menolak segala paham pengecualian yang sempit budi itu. Nasionalis yang sejati, yang nasionalismenya itu bukan semata-mata suatu copie atau tiruan dari nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan, —nasionalis yang menerima rasa nasionalismenya itu sebagai suatu ilham dan melaksanakan rasa itu sebagai suatu bakti, adalah terhindar dari segala paham kekecilan dan kesempitan. Baginya, maka Nasionalisme itu adalah lebar dan luas, mampu memberi tempat pada lain-lain sesuatu, sebagaimana lebar dan luasnya udara yang memberi tempat pada segenap sesuatu yang perlu untuk hidupnya segala hal yang hidup.

Wahai, apakah sebabnya kecintaan bangsa dari banyak nasionalis Indonesia lalu menjadi kebencian, jikalau dihadapkan pada orang-orang Indonesia yang berkeyakinan Islamistis? Apakah sebabnya kecintaan itu lalu berbalik menjadi permusuhan, jikalau dihadapkan pada orang-orang Indonesia yang bergerak Marxistis? Tiadakah tempat dalam sanubarinya untuk nasionalismenya Gopala Krishna Gokhate, Mahatma Gandhi, atau Chita Ranjam Das?

Janganlah hendaknya kaum kita sampai hati memeluk jango nationalism, sebagaimana jango nationalism Arya-Samaj di India pembelah dan pemecah persatuan Hindu-Muslim; sebab jango nationalism yang semacam itu "akhirnya pastilah binasa", oleh karena "nasionalisme hanyalah dapat mencapai apa yang dimaksudkannya, bilamana bersendi atas asas-asas yang lebih suci".

Bahwasanya, hanya nasionalisme ketimuran yang sejatilah yang pantas dipeluk oleh nasionalis Timur yang sejati. Nasionalisme Eropa, ialah suatu nasionalisme yang bersifat serang-menyerang, suatu nasionalisme yang mengejar keperluan sendiri, suatu nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi, —nasionalisme yang semacam ini akhirnja pastilah kalah, pastilah binasa.

Adakah keberatan untuk kaum Nasionalis yang sejati, buat bekerja bersama-sama dengan kaum Islam, oleh karena Islam melebihi kebangsaan dan melebihi batas negeri ialah supernasional, superteritorial? Adakah internationaliteit Islam suatu rintangan buat geraknya nasionalisme, buat geraknya kebangsaan?

Banyak nasionalis di antara kita yang lupa bahwa pergerakan nasionalisme dan Islamisme di Indonesia ini —ya, di seluruh Asia— adalah sama asalnya, sebagai yang telah kita uraikan di awal tulisan ini: dua-duanya berasal dari hasrat melawan "Barat", atau lebih tegas, melawan kapitalisme dan imperialisme Barat, sehingga sebenarnya bukan lawan, melainkan kawanlah adanya. Betapa lebih luhurnya sikap nasionalis Prof. TL Vaswani, seorang yang bukan Islam, yang menulis: "Jikalau Islam menderita sakit, maka Roh kemerdekaan Timur tentulah sakit juga; sebab makin sangatnya negeri-negeri Muslim kehilangan kemerdekaannya, makin lebih sengit pula imperialisme Eropa mencekik Roh Asia. Tetapi, saya percaya pada Asia sediakala; saya percaya bahwa Rohnya masih akan menang. Islam adalah internasional, dan jikalau Islam merdeka, berarti nasionalisme kita diperkuat oleh segenap kekuatannya itikad internasional itu."

Dan bukan itu saja. Banyak nasionalis kita yang lupa, bahwa orang Islam, di manapun juga adanya, di seluruh "Darul-Islam" menurut agamanya, wajib bekerja untuk keselamatan orang negeri yang ditempatinya. Nasionalis-nasionalis itu lupa, bahwa orang Islam yang sungguh-sungguh menjalankan keislamannya, baik orang Arab maupun orang India, baik orang Mesir maupun orang manapun juga, jikalau berdiam di Indonesia, wajib pula bekerja untuk keselamatan Indonesia. "Di mana-mana orang Islam bertempat, bagaimanapun jauhnya dari negeri tempat kelahirannya, di dalam negeri yang baru itu masih menjadi satu bagian dari rakyat Islam, Persatuan Islam. Di mana-mana orang Islam bertempat, di situlah ia harus mencintai dan bekerja untuk keperluan negeri itu dan rakyatnya."

Inilah nasionalisme Islam!

Sempit budi dan sempit pikiranlah nasionalis yang memusuhi Islamisme serupa ini. Sempit budi dan sempit pikiranlah ia, oleh karena ia memusuhi suatu asas, yang —walaupun internasional dan interrasial— mewajibkan pada segenap pemeluknya di Indonesia, bangsa apapun juga, mencintai dan bekerja untuk keperluan Indonesia dan rakyat Indonesia juga adanya!

Adakah pula keberatan untuk kaum Nasionalis sejati, bekerja bersama-sama dengan kaum Marxis, oleh karena Marxisme itu internasional juga?

Nasionalis yang segan berdekatan dan bekerja bersama-sama dengan kaum Marxis, —Nasionalis yang semacam itu menunjukkan ketiadaan yang sangat, atas pengetahuan tentang berputarnya roda politik dunia dan sejarah. Ia lupa, bahwa asal pergerakan Marxis di Indonesia atau Asia itu, juga merupakan tempat asal pergerakan mereka. Ia lupa, bahwa arah pergerakannya sendiri itu acap kali sesuai dengan arah pergerakan bangsanya yang Marxistis tadi. Ia lupa, bahwa memusuhi bangsanya yang Marxistis itu, samalah artinya dengan menolak kawan sejalan dan menambah adanya musuh. Ia lupa dan tak mengerti akan arti sikapnya saudara-saudaranya di lain-lain negeri Asia, umpamanya almarhum Dr. Sun Yat Sen, panglima Nasionalis yang besar itu, yang dengan segala kesenangan hati bekerja bersama-sama dengan kaum Marxis —pada saat itu belum bisa diadakan sosialisme di negeri Tiongkok, oleh karena di negeri Tiongkok tidak ada syarat-syaratnya yang cukup masak untuk mengadakan peraturan Marxis.

Perlukah kita membuktikan lebih lanjut, bahwa Nasionalisme, baik sebagai suatu asas yang timbulnya dari rasa ingin hidup menjadi satu; baik sebagai suatu keinsyafan rakyat, bahwa rakyat itu ada satu golongan, satu bangsa; maupun sebagai suatu persatuan perangai yang terjadi dari persatuan hal ikhwal yang telah dijalani oleh rakyat itu, —perlukah kita membuktikan lebih lanjut bahwa Nasionalisme, asal saja yang memeluknya mau, bisa dirapatkan dengan Islamisme dan Marxisme? Perlukah kita lebih lanjut mengambil contoh-contoh sikap para pendekar Nasionalis di lain-lain negeri, yang sama bergandengan tangan dengan kaum-kaum Islamis dan rapat diri dengan kaum-kaum Marxis?

Kita rasa tidak! Sebab kita percaya bahwa tulisan ini, walaupun pendek dan jauh kurang sempurna, sudahlah cukup jelas untuk Nasionalis-nasionalis kita yang mau bersatu. Kita percaya, bahwa semua Nasionalis-muda adalah berdiri di samping kita. Kita percaya pula, bahwa masih banyaklah Nasionalis-nasionalis kolot yang mau akan persatuan; hanya kebimbangan mereka akan kekalnya persatuan itulah yang mengecilkan hatinya untuk mengikhtiarkan persatuan.

Pada mereka itulah terutama tulisan ini kita hadapkan; untuk merekalah terutama tulisan ini kita adakan.

Kita tidak menuliskan rencana ini untuk Nasionalis-nasionalis yang tidak mau bersatu. Nasionalis-nasionalis yang demikian itu kita serahkan pada pengadilan sejarah, kita serahkan pada putusannya mahkamah histori!

SEHARI SAJA KAWAN

setelah postingan yg awal puisi-puisi karya D.N AIDIT selanjutnya saya akan memposting sebuah puisi dari WIJI THUKUL.puisi ini sarat denga nilai solidaritas antara sesama kaum buruh pekerja.puisi ini adalah menggambarkan solidaritas kaum buruh dalam menuntut haknya.selamat membaca


Oleh: Wiji Thukul (1963-1998)

Satu kawan bawa tiga kawan
Masing-masing nggandeng lima kawan
Sudah berapa kita punya kawan?

Satu kawan bawa tiga kawan
Masing-masing nggandeng lima kawan
Kalau kita satu pabrik bayangkan kawan!

Kalau kita satu hati kawan
Satu tuntutan bersatu suara
Satu pabrik satu kekuatan
Kita tak mimpi kawan!

Kalau satu pabrik bersatu hati
Mogok dengan seratus poster
Tiga hari tiga malam
Kenapa tidak kawan

Kalau satu pabrik satu serikat buruh
Bersatu hati
Mogok bersama sepuluh daerah
Sehari saja kawan
Sehari saja kawan

Sehari saja kawan
Kalau kita yang berjuta-juta
Bersatu hati mogok
Maka kapas tetap terwujud kapas
Karena mesin pintal akan mati
Kapas akan tetap berwujud kapas
Tidak akan berwujud menjadi kain-kain
Serupa pelangi pabrik akan lumpuh mati

Juga jalan-jalan
Anak-anak tak pergi sekolah
Karena tak ada bis
Langitpun akan sunyi
Karena mesin pesawat terbang tak berputar
Karena lapangan terbang lumpuh mati

Sehari saja kawan
Kalau kita mogok kerja
Dan menyanyi dalam satu barisan
Sehari saja kawan
Kapitalis pasti kelabakan!!

PUISI-PUISI INDAH SEORANG REVOLUSINER INDONESIA

Pada kesempatan blogging pertama ini saya akan memposting sebuah kumpulan puisi-puisi Dipa nusatnara aidit ketua partai komunis indonesia yg telah dibunuh dengan ditembak di daerah jogja oleh angkatan darat yg dipimpin oleh seorang jenderal licik yg bernama soeharto.puisi ini terlihat sedikit memaksa tetapi  sarat dengan nilai ideologi yg sangat kuat.berikut ini adalah puisi-puisi karyanya.maklumi kalau ejaanya masih bersifat ejaan lama indonesia.



Lumpur dan Kidung

- Hanja Inilah Djalannja –

sepatu setengah usang membenam dalam lumpurmenudju teratak,air menetas dari atapmembasahi kekayaanku jang paling berhargapengalaman djerman inggris perantjis rusiationgkok dan banjak lagi,hasil pemikiran putera-putera dunia terbaiktemanku njenjak kembali setelah membuka pintukesunjian diluar membantukumakin dalu makin djauh tenggelam,ingat aku akan sumpah setia pada adjarannja.kokok ajam djantan tak mengagetkan,siang dan malam sama sdja,djalan jang ditundjukkannja selamanja terangkita pasti akan sampai keudjung djalan inidimana tak ada sepatu usang,dimana tak ada lumpur membenam,dimana tak ada teratak botjor,tapi hanya inilah djalannya.

Djakarta, malam, 27 Djanuarti `55

Kini Ia sudah Dewasa(menjambut ulang tahun ke-35 PKI)23 Mei 1955

35 tahun jang laluIa lahirdengan kesakitanKlas termadju,Sebagai anak zamanJang akan melahirkan zaman.

Ia tahan taufandan tak lena karena sepoiia menjusup dihati Rakjatlebih dalam dari laut BandaIa menghias hiduplebih indah dari sunting tjempaka.

Ia dihidupkan oleh hidup,tahan teror dan provokasidulu, sekarang dan nantiIa Antaeus, anak Poseidontak terkalahkan selama setia pada bumiIa anak zaman jang melahirkan zamanKini ia telah dewasa.


Tembok Granit(kepada “Dewan2Partikelir” Dalam Munas)

Dengan ugjung bajonet itukau naikkan sikepala batududuk bersama Rakjat dan akuKau harap dapat menghambatsedjarah jang djalannya tjepattak tahu kaulah yang kan kiamat;

Kau mau ulangi tjerita usangtentang Negro empatlapantentang Magelang dan Ngaliantau lupa Amir dan Hadji Bakrilupa para petani bagi2 tanahdi Wonogiri dan Bojolali

Derap sepatu sedjarahakan indjak2 sikepalabatudan bajonet itu akan patahTembok granit lebih kerasdari tembok batutembok granit Rakjat bersatu

Djakarta, 15 September 1957

Jang Mati Hidup Abadi
Lama nian aku tak menangistidak karena mata sudah mengertingatau hati membeku dingintapi kali ini, dengan tak sedarhati kepala penuh taktertahanbutir2 air mata membasahi koran pagiOrang hitam berhati putih itudibunuh siputih berhati hitam!

Tapi, bukankah pembunuh terbunuh?Lumumba sendiri hidup se-lama2nyaLumumba mati hidup abadiKini dunia tidak untuk siputih jang hitamtapi untuk semuaputih, kungin, sawomatang, hitam …….Kini udara penuh Lumumbakarena Lumumba berarti merdeka.

Djakarta, 14 – 2 – 61

Radja Naik Mahkota Ketjil

Udara pagi ini tjerah benarpemuda njanji nasakom bersatugelak ketawa gadis remadjamendengar silalim naik tachta,tapi konon mahkotanja ketjil.

Buruh dipabrik tani diladangibuibu menjusui anaktibatiba nafas terlepas legamendengar siradja naik tachta,tapi konon mahkotanja ketjil.

Ini pertanda zaman kitajang lapuk terpaksa turunjang baru terus membarubagi jang lama sudah magribbaik jang baru mentari naik.

Ajo, madju terus kawan-kawanhalau dia kedjaring dan djerattangkap dia dan ikat erathadapkan dia kemahkamah Rakjat!

Djakarta, 23 Djuni 1962.

Kidung Dobrak Salahurus

Kau datang dari djauh adikdari daerah bandjir dan lapardengan hati lebih keras dari bentjanaselamat datang dalam barisan kita

Dikala kidung itu kau tembangkanbertambah indah tanah Priangansesubur seindah Priangan manisitulah kini Partai Komunis

Tarik, tarik lebih tinggi suaramubiar tukang-tukang salahurus tahubentji Rakjat dibawa matitjinta Rakjat pada PKI

Teruskan, teruskan tembangmubikin rakyat bersatu-padubikin Priangan madju dan djajaalam indah Rakjat bahagia.

Tjipanas, 16 Djanuari 1983

Hati Dibakar Tjinta

Hati membara dibakar tjintahangat segar marak bernjalalangkah indah tjinta dan tjitabagaikan bunga dikarang indah

Biarkan, biarkan ia membaramembakar dan bernjalamenghangatkan semua deritamenghangatkan setia mesra

Adakah hidup lebih bahagiadari hati dibakar tjintapadamu kasih padamu tjitabagimu kasih tjintaku mesra

Adakah hati lebih gembiradari hangat dibakar tjintapadamu kasih padamu tjitabagimu Partaiku djaja!

Djakarta, 2 Djuli 1963